Fanfiction : Complicated 7

tumblr_nl2u095VZu1scm9d0o2_r1_400

-Kim Woobin-

“Kenapa harus sesulit dan sesakit ini hanya untuk menerima masa lalu?”

Langkah kakinya gontai. Juga dengan penampilannya yang sudah jauh dari kata baik. Rambut panjangnya di ikat asal, dengan tangan kanan yang menenteng sepasang heelsnya yang setinggi delapan centi. Ini baru pukul tujuh malam di awal musim semi, tapi entah kenapa Eun Hee merasakan dingin di seluruh tubuhnya. Kepalanya masih terasa pening, begitu juga dengan sakit perutnya yang tak kunjung menghilang walaupun sudah ia paksakan untuk memakan bento di salah satu restoran jepang di dalam department store milik Choi Siwon itu.

Terlalu lelah untuk memikirkan apa yang sedang terjadi. ditambah lagi dengan fakta-fakta yang tidak ia pahami dari pembicaraan singkatnya bersama Park Cheonsa tadi.

Pergi.

Memastikan suatu hal.

Sampai yang mengejutkan dirinya adalah kenyataan dimana Kim Woobin pernah melakukan self hypno teraphy  yang juga ia lakukan.

Dan lagi, kenapa Eun Hee baru berpikir. Kenapa Woobin bisa ada di ruang Psikolog tepat dimana ia berada. Apa Woobin dan Eun Hee sebenarnya berbagi psikolog bersama? Atau apa? Entahlah.

Eun Hee tak sanggup lagi untuk berjalan. Jadi, gadis itu memutuskan terduduk di pinggir jalan dan meletakan asal heels miliknya itu. Kakinya ditekuk, hingga ia dapat menjangkau dan memeluk kedua kakinya erat-erat. Menenggelamkan wajahnya disana dan tak perduli dengan keadaan sekitar yang beberapa ada memperhatikannya aneh.

“Kenapa kau duduk disana?”

Eun Hee mengangkat wajahnya. Menoleh, dan hanya tersenyum miris melihat Hyo Jin yang berdiri dan menatapnya. Tak bohong. Sorot mata Hyo Jin bahkan menyorotkan kekhawatiran yang jelas terlihat.

“Hyo Jin eonni”

“Cepat bangun” Hyo Jin memerintah. Tapi Eun Hee terburu mengalihkan pandangannya menjadi membiarkan melihat kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya.

“Eonni bisa pergi. Anggap saja kau tak melihatku disini”

Hyo Jin mendelik. “Cepat bangun! Apa sih yang kau lakukan disini?”

Eun Hee hanya tersenyum. Pandangannya masih tetap fokus menatap lurus. “Eonni”

“Ayo Eun Hee. Kau bisa sakit disana. Astaga!” Hyo Jin tak sabar. Ia membenarkan letak tas yang ada di pundaknya lalu berusaha membantu Eun Hee untuk bangkit.

“Eonni  pergi saja” Eun Hee menggeleng menolak. Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia berusaha bertahan untuk duduk disana tanpa memperdulikan bulir-bulir peluh yang sudah tampak menghiasi wajah pucatnya.

“Kau sakit ya? Ayo cepat…” Hyo Jin benar-benar panik sekarang. Ia sudah berniat membawa gadis itu bagaimanapun  caranya.  Namun, ia menghentikan niatnya tatkala melihat Eun Hee menahan lengannya. Menoleh, dan malah menangis diam disana.

“Eun..”

“Eonni”

“Eun ayo cepat aku akan membawa mu kerumah sakit” Hyo jin berusaha mengabaikan Eun Hee yang menangis. Dan bahkan ia sama sekali tak perduli dengan tatapan Eun Hee yang sudah memohon. Ia hanya berpikir bagaimana caranya agar ia cepat membawa Eun Hee kerumah sakit. Atau klinik terdekat paling tidak.

“Eonni, keuman”

“Ayolah, Eun.  Jangan seperti ini”

“Eonni”

“Kim Eun Hee!!” Hyo Jin berteriak. Menatap frustasi kearah Eun Hee yang justru malah menatapnya sendu. Gadis itu tersenyum. Berusaha bangkit dari duduk lelahnya dan perlahan melepaskan tangannya yang tadi menahan lengan Hyo Jin.

“Aku pergi,Eonni” Eun Hee membungkuk sopan. Berbalik dan dengan tertatih meninggalkan Hyo Jin yang sudah siap menangis menatap punggung Eun Hee.

“Lepaskan Woobin dan katakan padanya untuk segera kembali pada Cheonsa”  Eun Hee kembali menghentikan langkahnya. Dalam diam Eun Hee menghela napas. Tak sama sekali berniat untuk berbalik.

“Kenapa tidak kau saja yang melepaskan Cho Kyuhyun dan kembali pada Lee Jong Suk? Bukankah kau juga mencintainya?” Tanya Eun Hee lambat-lambat.

Hyo Jin meremas ujung mantelnya erat-erat. Bersamaan dengan air mata yang berhasil mengalir dari kedua sudut mata hazel miliknya.

“Eun aku tak bisa melepaskannya”

“Aku pun juga begitu!” Eun Hee berbalik. Menatap sedih kearah Hyo Jin yang juga begitu menatap kearahnya.

“Cho Kyuhyun dan Park Cheonsa adalah suatu kesalahan. Kau harus mengembalikan sesuatunya sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, Eun”

Eun Hee tertawa miris. “Jadi menurutmu Cho Kyuhyun dan Park Cheonsa adalah suatu kesalahan,  begitu juga hubungan ku dengan Kim Woobin? Kau mau menyalahkan Tuhan karena telah mempertemukan ku dengannya? Kau mau marah pada Tuhan karena takdir tidak sesuai dengan keinginan mu?” Masa bodo dengan suatu persahabatan. Toh menurut Eun Hee juga Hyo Jin tak lagi memandangnya begitu. Iya kan?

“Kim Woobin bukan takdirmu, Eun. Ia hanyalah takdir seorang Park Cheonsa”

Kim Hyo Jin memang sudah gila. Dan Eun Hee tak tahu harus bersikap bagaimana. “Selepas ia takdirku atau bukan, setidaknya Tuhan ingin aku bersama dengannya. Untuk saat ini. Karena jika tidak begitu, mana mungkin Tuhan pertemukan aku dengannya? Lagipula, seyakin apa jika Cho Kyuhyun adalah takdirmu?”

“Eun…”

“Setidaknya, walaupun hubungan mu bisa di bilang sulit, kau masih memiliki dua pria yang mencintaimu sama besarnya. Saling berjuang merebutkan hatimu untuk tetap bertahan disisinya. Itu semua jelas berbeda dengan ku. Sekarang aku hanya mempunyai satu pria yang bersedia berada disisiku, dan hanya ia satu-satunya yang ingin aku bertahan dengannya. Tidak bisakah kau melihat itu?”

“Eun…”

“Jika kau memang tak terima akan permainan garis Tuhan, bisakah kau merubah dan membalikan seorang Lee Sungmin kesisiku?”

Hyo Jin menangis dalam diam. Dan Eun Hee sudah tak tahan lagi melihatnya. Terlalu banyak kesakitan yang ia rasakan. Tak ada lagi alasan ia untuk berlama-lama disana. Eun Hee menarik nafasnya yang terasa berat. Membungkuk, dan berbalik meninggalkan Hyo Jin.

***

“Yak! Kim Yeong Jin bodoh! Kenapa menceritakannya pada Leeteuk Hyung sih?”

Donghae merebahkan tubuhnya diatas dipan. Membiarkan matanya menangkap indahnya gemerlap bintang-bintang dilangit, tanpa memperdulikan sama sekali Kim Yeong Jin yang masih menatapnya tak mengerti. Gadis itu hanya bersandar pada pagar pembatas. Membiarkan anak rambutnya bergerak kesana kemari karena terpaan angin musim semi.

“Memangnya kenapa?”

“Aku tak ingin menceritakannya sebelum Cho Kyuhyun sendiri yang mengatakannya pada Leeteuk Hyung”

“Tapi aku juga tak bisa menyimpan cerita pagi ini sendiri. Kau menyebalkan! Kenapa tak menjawab panggilan ku?” Yeong Jin beralih. Ikut merebahkan tubuhnya diatas dipan samping Donghae.

“Recording kali ini menyebalkan. Ponselku hampir ditahan seharian oleh manager hyung. Jangan salahkan aku. Salahkan saja Eunhyuk yang terus-terusan mengajak ku bermain saat recording” Donghae mengatakan dengan kesal. Dan Yeong Jin tersenyum melihatnya.

“Tapi tunggu. Ada apa dengan cerita pagi ini?” Donghae memiringkan tubuhnya. Menyangga dengan tangan kanannya dan memperhatikan wajah Yeong Jin dengan baik-baik.

“Igo…”

“Ne?”

“Eun Hee dan Jong Suk” Yeong Jin menatap Donghae. Ragu. Sedang Donghae tersenyum dan memainkan pipi Yeong Jin dengan tangan kirinya.

“Ceritakan terlebih dahulu, kau mengenal Lee Jong Suk kan?”

Yeong Jin mengangguk. “Lee Jong Suk hanyalah bagian dari cerita kami. Bukan hanya aku. Tapi kami. Aku, Kim Hyo Jin dan Kim Eun Hee. Tapi aku terlalu malas menceritakan keseluruhannya. Terlalu rumit. Dan aku tak berhak membicarakan ini”

“Dimana kau mengenalnya?”

“Sekolah menengah atas. Kim Hyo Jin dan Lee Jong Suk. Mereka mempunyai cerita tersendiri yang aku tak bisa menceritakannya. Hanya saja, ada kejadian dimana kami mempunyai alasan untuk membencinya dan tak senang akan kehadirannya”

“Walaupun kalian melihatnya di layar televisi?”

“Iya. Kami bertiga mempunyai perjanjian dimana kami tak akan menghiraukan keberadaannya. Sekalipun di layar kaca” Yeong Jin memejamkan matanya.

“Terlalu sulit untuk sekedar membayangkan apa yang sudah terjadi di masa lalu” Lanjutnya.

“Lee Jong Suk mantan kekasih Hyo Jin?”

“Iya”

“Lalu?”

“Aku tak bisa menceritakan lebih lanjut. Maaf”

Donghae mengecup pipi Yeong Jin cepat. Membuat gadis itu merasa terusik dan membuka kedua matanya. “ Lalu ada apa perihal tentang Eun Hee dan Jong Suk? Di pagi hari tadi?”

“Eun Hee dan Jong Suk berciuman”

“Mwo?” Mata Donghe membulat. Dan Yeong Jin hanya mampu menghela nafas setelahnya.

“Dan lagi, sebelumnya Lee Sungmin datang menemuiku. Menanyakan ku akan keadaan Eun Hee. Dan ia bertanya padaku, apa Eun Hee datang menemui seorang psikolog lagi atau tidak”

“Eun Hee? Lagi? Jadi, sebelumnya Eun Hee pernah mendatangi seorang psikolog?”  Yeong Jin menggeleng pelan. Ia mendorong lengan penyanggah tubuh Donghae dan meringsek masuk kedalam dekapan hangat pria itu.

“Aku tidak tahu. Lebih tepatnya aku tidak pernah tahu”

“Kenapa semuanya terasa sulit sekali?” Yeong Jin mengangguk setuju.  “Ada lagi”

“Apa?”

“Eun Hee mengatakan kalau ia akan menyakitin Hyo Jin eonni jika Jong Suk menyakiti Woobin”

“eoh?”

“Entahlah, aku sendiri juga pusing memikirkan ini semua”

Donghae menepuk bahu Yeong Jin pelan. Baru saja ia ingin menanggapi ucapan Yeong Jin, tapi diurungkan karena ponsel gadis itu berbunyi. Menandakan ada panggilan masuk.

Dengan sedikit tak rela, Yeong Jin melepaskan pelukannya. Bangkit dan mengambil ponselnya dalam saku untuk menerima panggilannya.

“Yeobo… Mwo? Ya Tuhan kau dimana?!”

Donghae ikut bangkit. Menatap gadis disampingnya dengan khawatir.

“Tunggu aku. Aku akan kesana!”

Setelahnya, Kim Yeong Jin yang menarik Lee Donghae untuk mengikutinya.

***

“Kau kenapa? Tidak enak badan? Pusing?” Cheonsa menatap Kyuhyun khawatir. Gadis itu duduk disamping pria itu dan mengulurkan tangannya untuk mengecek suhu tubuh Kyuhyun.

Setelahnya, Cheonsa terdiam. Menautkan kedua alisnya bingung. “Tidak apa-apa. Lantas, kenapa kau diam saja?”

Kyuhyun menghela nafas. Ia malah mengubah posisinya hingga berbaring di pangkuan gadis cantik itu. “Cheonsa-ya”

“ne?” Cheonsa tersenyum. Dengan lembut, ia memainkan jari-jarinya di rambut cokelat Kyuhyun yang acak-acakan. “Ada apa?” Katanya lagi.

“Hyo Jin memintaku untuk menikahinya”

Senyum Cheonsa melemah. Kyuhyun yang melihat itu ikut menghela nafas setelahnya. “Jika memang itu keinginannya, kenapa kau tak turuti saja?”

“Lalu bagaimana dengan mu?”

“Jangan pikir kan aku. Dari awal, kehadiran ku akan berakhir dengan seperti ini kan?”  Kyuhyun menggeleng tak terima.

“Tidak seperti itu. Jika ada seseorang yang harus menderita dari hubungan ini itu seharusnya aku. Bukan dirimu” Kyuhyun berkata lirih. Dan Cheonsa sedari tadi hanya tersenyum.

“Aku tak masalah jika kau harus meninggalkan ku. Lagipula, tempat mu kembali adalah Kim Hyo Jin, bukan aku”  Kyuhyun bangkit. Pria itu tak terima dan menatap Cheonsa dengan tajam. “Kau kenapa sih?”

“Nikahi Hyo Jin, dan tinggalkan aku oppa”

Kyuhyun mendecak. “Sekalipun harus menikah, kau adalah gadis yang harus aku nikahi bukan Hyo Jin”

“Tapi Kim Hyo Jin yang selalu berusaha bertahan disisimu. sampai detik ini”

“Park Cheonsa!”

Cheonsa bangkit. Berjalan menuju pantry untuk mengambil segelas air. Ia mencoba tak perduli dengan Kyuhyun yang terus mengikuti gerak-geriknya melalui ekor mata tajamnya. “Jika aku menikah dengan Hyo Jin, bagaimana dengan….”

“Kau tak usah memperdulikannya. Untuk masalah itu, biar aku yang mengurusnya sendiri” Cheonsa memotong. Dengan pelan, ia menghabiskan segelas air dingin yang baru saja diambilnya.

“Kau semakin membuatku terlihat seperti pria yang paling jahat”

“Kau memang jahat” Cheonsa tertawa setelahnya.

“Apapun yang terjadi kau tetap akan menjadi bagian dari hidupku, Kyu. Apapun yang terjadi”

***

“Sistem pencernaannya bermasalah, mengalami beberapa tekanan juga kelelahan. Kau harus memperhatikan adik kecil mu ini Yeong. Aku tahu kalian sudah dewasa, hanya saja kau tak boleh melupakan bahwa kalian bertiga selalu berusaha menutupi apapun yang terjadi pada diri kalian saat sama-sama sedang merasa terluka. Jangan seperti itu lagi ya?”

Yeong Jin menghela nafasnya dalam-dalam. Mengeratkan genggaman tangannya pada Lee Donghae dan memperhatikan pria tua berjas putih dihadapannya dengan cemas. “ Lalu bagaimana? Eun Hee harus menjalani rawat inap?”

Pria bertubuh tua itu mengangguk. Membenarkan sedikit letak selimut Eun Hee dan menatap gadis itu sendu. “Mau tak mau harus bertahan. Setidaknya satu dua hari”

“Aku juga sempat melihatnya datang menemuiku anak-ku beberapa hari yang lalu. Apa kau tak mengetahuinya?” Tambah pria itu.

Sedang Yeong Jin menatapnya bingung. “Anakmu?”

“Jung Hae In, psikolog yang kebetulan sekali membuka praktek di rumah sakit ini. Apa kau tak tahu?” Yeong Jin hanya terdiam. Begitu juga dengan Donghae, keduanya tak tahu apa-apa. Hingga mereka juga tak tahu bagaimana harus bersikap.

“Jadi kalian tidak tahu sama sekali?”

Jung Hye Suk, pria tua itu ikut menghela nafas. “Sampai sekarang Eun Hee tak menceritakan itu semua pada kalian?”

“Ahjussi, sebenarnya apa yang terjadi dengan Eun Hee?” Tanya Donghae.

Jung Hye Suk sempat menatap ragu kearah keduanya. Namun berakhir dengan helaan nafas panjang dan ia membenarkan letak kacamatanya yang menurun, bersiap untuk bercerita. “Kau masih ingat saat Lee Sungmin mengkorfimasi perihal kencan dan pernikahannya? Tak lama dari itu, Eun Hee datang menemuiku. Ia mengeluh kalau ia menjadi sulit tidur karena memikirkan itu semua. Sering merasa sedih yang teramat dan tak bisa bertemu ataupun mendengar nama Lee Sungmin. Dan mendengar itu semua aku hanya menyuruhnya menemui putriku yang kebetulan memang seorang psikolog”

Donghae terpaku. Juga dengan Yeong Jin.  “Kapan ia menemuimu? Tepatnya sejak kapan?” Tanya Donghae sarkatis. Entah kenapa kepalanya juga merasa sedikit pusing mendengar penjelasan dari pria itu. dan lagi, ia teringat ucapan Yeong jin perihal pertemuannya dengan Lee Sungmin. Jadi, Sungmin tahu tentang Eun Hee yang bertemu dengan seorang psikolog? Atau apa? Argh!

“Enam bulan lalu di minggu terakhir”

“Berarti tepat saat dimana ia menghilang?” Tanggap Yeong Jin cepat.  Hye Suk yang mendengarnya hanya mengangguk setuju.

“Yang ku dengar dari anak-ku Eun Hee sempat meminta agar aku merahasiakan hal ini pada kalian semua. Namun, melihat kondisinya yang tidak memungkinkan, aku menyarankan agar ia segera memberi tahu kalian agar ia tidak lebih merasa sendiri. Tetapi ia berkata ia akan mengatakannya. Tapi nanti. ku kira kau sudah tahu”

Yeong Jin tertunduk lesu. “Lalu, bagaimana pertemuannya dengan anak mu?”

“Kau bisa bertemu langsung dengan anak ku, Yeong. Anak ku yang lebih memahami kondisi psikis Eun Hee”

“Lee Sungmin.. apa Sungmin Hyung tahu perihal Eun Hee menemui anak mu?” Donghae bertanya hati-hati.

“Ya, beberapa kali aku sempat mendapatinya mengikuti Eun Hee. Dengan keadaan menyamar”

Cukup.Penjelasan dari doktertua itu cukup membuat Donghae kesal.

***

“Kim Hyo Jin? Ada apa kau sepagi ini datang?” Jong Suk menguap lebar. Mengacak rambutnya pelan dan berakhir menggeser sedikit tubuhnya untuk mempersilahkan gadis itu masuk kedalam apartmentnya.

Hyo Jin sempat tertawa. Memukul pelan lengan pria itu dan segera masuk kedalam sana. “Kau tidak bekerja?”

“Waeyo?”

Hyo Jin merebahkan tubuhnya di sofa. “Aku ingin berkunjung kerumah mu. Sampai nanti siang mungkin”

Jong Suk tersenyum tipis. Ia meletakan segelas susu strawberry dihadapan Hyo Jin dan ikut duduk disamping gadis itu. “Tidak biasa. Ada apa?”

Hyo Jin terkekeh. “Aku sudah meminta Kyuhyun untuk menikahiku”

Baik. Bukan pagi yang menyenangkan. Kalima itu terdengar pelan. Tapi cukup membuat kepala Jong Suk merasa sakit secara tiba-tiba. “Hyo Jin-ah”

“Jangan seperti ini lagi, Jong Suk-ah”

“Hyo”

“Aku akan menikahi Kyuhyun”

“Kim Hyo Jin!” Jong Suk menatap Hyo Jin, sedang Hyo Jin berulang kali menelisik seluruh ruangan. Sengaja. Agar ia tak terkunci tepat di bola mata tegas milik Jong Suk.

“Jangan menikah dengannya” Suaranya pelan. “Karena kau tak pantas menikahi pria macam dirinya”

Hyo Jin sontak menoleh. “Waeyo?”

“Karena wanita baik seperti mu tak pantas mendapatkan pria jahat sepertinya”

“Eoh?”

“Kau tak tahu? Kalau ia…..” Jong Suk menarik nafas berat. Ia malah menarik Hyo Jin kedalam pelukannya dan memeluk gadis itu dengan teramat erat. “Mereka… sudah tidur bersama”

Hyo Jin dengan cepat berontak. Dengan kedua mata sipitnya yang melebar terkejut, ia berusaha melepaskan pelukan itu dan ingin menatap Jong Suk meminta kepastian.

“Aku benar-benar berhenti jika kau memang mencintai orang yang benar-benar mencitaimu, Hyo. Tidak seperti dirinya. Dan karena hal itu, sekarang tidak ada alasan lagi untuk ku berhenti untuk memperjuangkan mu kembali”

Bahu Hyo Jin terkulai lemas. Ia pasrah dalam pelukan Jong Suk dan berusaha mati-matian agar tak menangis dihadapan pria itu.

“Kali ini biarkan aku untuk berada di sisi mu, Hyo”

Jong Suk memperat pelukannya. Menggunakan kedua tangannya untuk menepuk bahu Hyo Jin pelan dan terkadang juga menggunakannya untuk mengelus rambut panjang gadis itu dengan sayang. “Cheonsa harus tetap kembali pada Woobin. Bagaimanapun caranya”

Jong Suk mendecak. Ia segera melepas pelukannya dan menatap Hyo Jin dengan tatapan sarkatisnya. “Lalu? Kau tetap ingin mempertahankan Cho Kyuhyun?”

“Cho Kyuhyun. Walaupun berselingkuh, setidaknya ia tetap ingin mempertahankan ku juga”

Jong Suk benci saat ini. Saat dimana Hyo Jin menangis dan hanya menampakan raut wajah bodoh di hadapannya. Berbicara menyangkal untuk dirinya sendiri, dan seolah apa yang Jong Suk katakan adalah lebih mengarah pada sebuah ucapan dimana itu adalah salah satu usahanya untuk menarik hatinya kembali. Tak percaya, dan lebih percaya pada ucapan bertolak belakangnya.

“Hyo Jin! Tidak kah kau lihat? Jika ia mencintaimu, jelas ia tidak akan menduakan mu bahkan sampai melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan dengan gadis lain” Jong Suk frustasi. Dan Hyo Jin dengan air matanya yang mengalir hanya tesenyum layaknya seorang malaikat.

“Selingkuh adalah hal yang dimana pria lain biasa lakukan bukan?”

“Bukan permasalahan ia selingkuh atau tidak. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana bisa ia melakukan hal itu pada gadis lain?” Jong Suk hampir berteriak.

“Setidaknya ia tidak meninggalkan ku demi mengejar wanita lain. Tidak seperti dirimu yang meninggalkan ku demi……”

Jong Suk segera menarik Hyo Jin cepat, dan membungkam bibir gadis itu dengan ciumannya.  “Aku kembali karena aku ingin menebus semua kesalahanku” bisiknya.

***

“Aku harus berhenti. Berhenti mencintaimu, berhenti menyayangimu, dan yang paling sulit untuk ku adalah aku harus berhenti untuk terus berada disisimu. Bukan kemauanmu memang, tapi itu sudah menjadi keputusan ku dan kuharap kau bisa menerimanya dengan baik”

Eun Hee tertunduk. Jari-jermarinya saling tertaut di bawah meja kayu itu. Aliran darahnya memanas, memuncak dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Dadanya terasa sesak. Padahal udara dalam ruang itu terasa segar dengan angin awal musim dingin yang mulai dirasa melalu ventilasi jendela.

“Jangan khawatir, kau bisa tetap menjadikanku tempat berlabu. Hanya saja tidak seperti dulu”

Eun Hee tersenyum sinis. Sedang dalam hatinya terus menjerit sakit minta di suarakan. Tak ada lagi yang bisa di lakukan. Toh dari awal juga ia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika ia akan menyerah jika memang pria itu sudah tak mau lagi memperjuangkan dirinya. Jadi, sekeras apapun ia berteriak bahkan menjerit meminta pria itu bertahan, pria itu lantas tidak perduli bukan?

“Mungkin aku memang bukan yang terbaik. Atau malah jauh dari kata baik. Jadi aku tidak masalah. Jika kau ingin pergi atau bahkan berlari sejauh apapun itu, ya silahkan saja. Aku tak akan lagi menahan ataupun mengejarmu. Tak akan lagi.”

Bodoh! Bukannya merasa bahagia akan perihal kabar pria itu, Eun Hee malah menunjukan setetes air matanya dihadapan pria itu. Membuat pria itu tersenyum dengan rasa bersalah yang tersirat dengan jelas.  “Eun aku minta….”

“Jangan pernah meminta maaf padaku karena kau tidak pernah salah. Permasalahan hati ada memang sedemikian rupa untuk bagaimana kita bersikap menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Bukan malah perasaan salah yang malah makin membuat orang lain terluka. Cukup buktikan dengan kebahagianmu, Lee Sungmin”

Lee Sungmin bangkit. Berjalan menghampiri gadis itu dan berusaha untuk memberikannya pelukan. Namun, Eun Hee buru-buru menepis lengannya pelan. Menarik nafas yang menyesak-kan dada dan menggelengkan kepalanya untuk menolak. “Tak perlu begitu”

“Kenapa?”

“Jika kau memeluk-ku, itu adalah suatu hal dimana aku harus benar-benar pergi dari pandangan dan hatimu dan mengucapkan selamat tinggal. Aku tak mau begitu”

“Eun…”

“Apapun yang terjadi, jangan pernah ucapkan selamat tinggal untuk ku. karena itu adalah kata yang dimana malah membuatku sulit menerima keadaan kalau kau memang bukan milik ku lagi”

“Eun…”

“Aku tidak apa Lee Sungmin. Sungguh.”

 

“Lee Sungmin..”

“Lee Sungmin..”

Eun Hee terus berucap. Sedang matanya masih saja terpejam dengan peluh yang menghiasi wajah pucatnya. Yeong Jin yang masih ada dalam ruang itu sudah cemas dan berniat untuk membangunkan gadis itu, tapi Woobin yang masih mengenakan fashion airport  nya yang baru saja datang dari Thailand, mala menggelengkan kepalanya memberi isyarat agar Yeong Jin jangan melakukan itu.

Yeong Jin sempat menolak dan tetap ingin melakukannya. Namun, Woobin terburu mengambil tangan Eun Hee dan mengenggemnya erat. Lebih mendekatkan dirinya pada tubuh lemas Eun Hee dan mengisyaratkan Yeong Jin agar tetap diam di posisi berdirinya kini.

“Lee Sungmin”  Woobin mengeratkan genggamannya. Pria itu bahkan mengelus puncak kepala Eun Hee sedang sorot matanya fokus menatap wajah gadis itu.

“Aku disini” Bisiknya lirih.

Yeong Jin merasa bingung. Dengan decakan kesalnya ia memilih ikut mendekatkan dirinya pada tubuh Eun Hee yang terbaring. “Kenapa kau malah membiarkannya saat ia menyebutkan nama Lee Sungmin?”

Woobin tersenyum. Ia mengecup puncak kepala Eun Hee dan beralih menatap Yeong Jin yang juga menatapnya. “Karena di dalam sana, ia sedang kembali pada saat dimana ia bersama Lee Sungmin”

“Dan kau malah membiarkannya?”

“Hal itu setidaknya jauh lebih baik daripada aku harus membayangkan bagaimana rasanya ia kesakitan, jika ia melanjutkan keinginannya untuk menyegel ingatan tentang Lee Sungmin”  Terang Woobin.

“Kau mengetahui jika Eun Hee….”

“Beruntung Jung Hae In menghubungiku saat itu”

“Kau bahkan juga mengenal Jung Hae In?”

“Kami mengenal karena ia adalah seseorang yang membantuku menghapus ingatan tentang gadis itu”

“Cheonsa?”

“Ya, Park Cheonsa”

Diam-diam Yeong Jin mendial nomor  Lee Donghae dari ponselnya yang tersembunyi di balik mantel.

“Sejauh apa hubungan mu dengan Cheonsa?” Tanya Yeong Jin ingin tahu. Sedang Woobin malah tersenyum miring setelahnya.

“Aku tak ingin membicarakannya depan Eun Hee, Yeong Jin-ah. Maaf”

“Waeyo?”

“Karena aku tak ingin Eun Hee tahu kalau aku menghapus ingatan buruk ku tentang gadis itu, dan menyimpan kenangan indah tentangnya”

“eoh?”

“Terlalu sulit untuk menghapusnya begitu saja dari ingatanku”

Woobin tertunduk. Dan tanpa mereka sadari, Eun Hee mengeluarkan air mata dari kedua sudut matanya yang tertutup.

4 thoughts on “Fanfiction : Complicated 7

  1. laela says:

    apakah cheonsa hamil?
    hingga kyu tdk ingn nikah ma hyo jin?
    ga ngerti ma kyu sangat cinta ma cheonda tp tdk mau jg lepasin hyi jin
    sebrnarnya mau kyu itu apa egois banget jd cowo sebenarnya kim hyo.jin pa park cheonsa yg punya peran masih bingung & penasaran

  2. Jung Haerin says:

    Oow oow, ada apa ini??, kya’y cheonsa hamil. Dan woobin???, jgn bilang woobin msh ada rasa sma cheonsa????, huaaaa ini lbh dr sekedar rumit….. But that’s great chingu, heuheuheu
    D tunggu bgt next part’y…. FIGHTING!! ^^

  3. lolly says:

    cheonsha pasti hamil,kyu jht bngt udh biarin kyu nikahin cheonsha tp bkn dia nyesel udh campakin hyojin y mnkn bkn cheonsha egois ampe kndngn kgu”rn jd kyu a nydr klo cheonsha g co”k untuk dia ahhh knp kyu jd jahat gn

Leave a comment